Tulisan ini dibuat oleh kakak perempuan saya, Putri Prihatini, khusus untuk saya yang baru wisuda pada tanggal 19 Mei 2011 dengan gelar Sarjana Ilmu Politik dari Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, FISIPOL, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. This is definitely as good as my cum laude title!
Barangkali orang-orang yang tahu akan bertanya-tanya kenapa saya belum juga memberi ucapan selamat, baik tertulis maupun lisan kepada Sofia Ariani yang baru wisuda. Sumpah, bukannya karena saya menganggap kelulusannya sebagai sesuatu yang tidak penting. Ada beberapa hal yang membuat saya berbuat begitu, dan kali ini, akan khusus saya beberkan dengan (ugh, terpaksa) parade kata-kata imut.
Untuk Sofia,
aku tidak memberi selamat karena kamu tahu aku ini orangnya kikuk sekali kalau harus mengatakan sesuatu yang bagus-bagus (entahlah, kayaknya ini bawaan orok), tapi aku lebih suka kalau orang menganggapku tidak sopan dan kasar dan macam-macam lagi, padahal sebenarnya aku bangga padamu dalam hati.
Untuk Sofia,
aku tidak memberi selamat karena kupikir mungkin kamu sudah punya cukup banyak orang yang memberimu selamat, entah tulus atau pura-pura atau berlapis rasa iri dengki, sementara yang kamu butuhkan setelah acaranya berlalu adalah orang yang mau mendengarkan semua kecemasan dan kelelahanmu (dan mengirim uang ke rekening ATM-mu untuk makan kalap yang biasa kau lakukan saat stress).
Untuk Sofia,
aku tidak memberimu selamat karena kupikir kita perlu bertemu secara pribadi kalau kamu punya sesuatu yang kepingin kamu tumpahkan setelah acara wisuda dan semua urusanmu selesai, yang mungkin tidak terasa enak kalau disampaikan lewat media.
Untuk Sofia,
aku baru saja maraton menonton Six Feet Under, season 2, sebelum menulis ini. Ada sebuah adegan dimana keluarga Fisher menghadiri upacara pelayatan seorang wanita yang seumur hidupnya hanya sendirian sehingga tidak ada seorangpun yang menghadirinya pelayatannya. Sang pendeta kenalan keluarga menyampaikan eulogi seperti ini, "mungkin semua bilang tidak baik bila kita hidup tanpa menyentuh kehidupan lain. Tetapi sangat egois menyimpulkan demikian. Semua kehidupan berarti, hanya kita belum tahu bagaimana." Kata-kata ini bagus sekali, jadi inginkan aku mengubahnya sedikit supaya lebih pas untukmu.
"Semua pencapaian itu berarti. Kita hanya belum tahu bagaimana."
(Setelah ini, si penulis muntah-muntah dan dilarikan ke rumah sakit karena terserang Mushy-mushy Words Syndrome).
No comments:
Post a Comment